Minggu, 27 Januari 2013

SAHAM ADALAH INSTRUMEN INVESTASI UNGGULAN?

Tulisan ini di mulai dari pertanyaan seorang sahabat kepada saya, "alat investasi terbaik itu apa ?".
 
To be fair, sebagai seorang investor saham saya pasti akan mengatakan saham adalah yg terbaik, seorang investor properti akan mengatakan properti yg terbaik, investor emas akan mengatakan emas yg terbaik, begitu seterusnya... jadi jawaban saya di sini harus Anda cerna sendiri dan pikirkan mana yg terbaik untuk diri Anda sendiri.

Mengapa Saham?

Banyak orang lupa atau tidak tahu apa artinya saham, dan menganggap saham adalah suatu angka-angka yg berubah sehingga menimbulkan keuntungan maupun kerugian bagi pemiliknya. Mungkin juga bagi Anda, saham itu seperti objek tidak dikenal yg bergerak sesuka hatinya dan oleh karenanya saham itu adalah objek spekulasi atau kasarnya: JUDI.

Kenyataannya, saham adalah bukti kepemilikan sebuah usaha/bisnis. Memiliki saham sama artinya dengan memiliki bisnis. Karena bisnis adalah suatu kegiatan operasional untuk menghasilkan laba, maka laba perusahaan tersebut akan tercermin melalui harga sahamnya yg naik. Setiap lembar saham yg dimiliki bukanlah kertas kosong, pemegang saham adalah bagian dari bisnis yg dimilikinya. Pada umumnya nilai saham akan naik dari ...>>>
 waktu ke waktu karena bisnis yg berhasil, menghasilkan laba, dan terus tumbuh bertambah besar (bahasa kerennya, productive asset --- harta yg produktif).

Hasil yg ditawarkan dari Saham 

Untuk Indonesia, jika diminta suatu angka, maka saya akan menyebutnya 20%~30% per tahun. Bukan berarti semua saham akan menghasilkan hasil tsb, karena kinerja perusahaan berbeda-beda. Setiap waktu tentu saja ada perusahan yg bisnisnya lesu, ada yg bisnisnya cemerlang, ada yg merugi, ada yg untung biasa2 saja, ada yg untung fantastis. 
 
Mungkin kedengarannya kecil sekali, 20%~30% tidak akan membuat seseorang kaya raya, bagaimana mungkin seorang Warren Buffet dapat menjadi orang terkaya di dunia dengan cara berinvestasi di saham? Jawabannya adalah compounding result, hasil yg didapat diinvestasikan kembali. Jika di-rata2-kan, return Mr. Buffet per tahunnya sekitar 26%, jadi bukan suatu angka gila seperti untung 100%, 1000%, atau bahkan lebih...
Ilustrasinya begini, jika Anda mulai dengan 100 juta hari ini, dengan return 30% per tahun, maka 30 tahun lagi 261 Milyar. Lho kok bisa, begini perhitungannya:

WaktuNilai Investasi
Mulai100 jt
tahun #1130 jt
tahun #2169 jt
tahun #3219.7 jt
tahun #4285.61 jt
tahun #5371.293 jt
......
tahun #101378 jt
tahun #155118 jt
tahun #2019004 jt
tahun #2570564 jt
tahun #30261999 jt   
 
Investasi lain apa yg dapat menawarkan return setinggi itu? boleh saya katakan, saya belum menemukannya**. Mungkin yg terdekat adalah investasi pada properti, terutama pada lokasi strategis. Di sini kelebihan saham dibanding investasi properti adalah saham sangat liquid, dan entry barrier yg rendah. 
 
Liquid maksudnya saham bisa dijual kapanpun kita mau pada hari bursa buka (Senin hingga Jumat) tanpa perlu pusing mencari pembeli, jika menjual properti kita harus susah payah dulu mencari pembeli. 
 
Entry barrier yg rendah maksudnya dengan modal kecil sudah bisa mulai, misal 5 juta. 5 juta cukup untuk mulai (mulai saja ya...) dan sudah bisa membeli saham perusahaan bagus dan besar seperti Astra, dan tanpa pinjaman loh... Kalau properti banyakan orang cuma sanggup sampai DP, sementara sisanya kredit.

Resiko Berinvestasi di Saham

Perusahaan bisa saja rugi, bisnis bisa sepi, manajemen bisa tidak jujur (baca: korup), dll... Resiko kerugian di saham ada dan nyata. Jika perusahaan rugi maka akan tercermin di harga sahamnya yg turun sehingga pemegang sahamnya mengalami kerugian. Namun semua kendaraan investasi punya resiko. Surat Utang Negara (SUN) contohnya, pada negara Yunani yg dilanda krisis, ternyata negara tersebut tidak mampu membayar. Emas contoh lain, yg kata orang selalu naik, pada akhir tahun 2011 emas mengalami penurunan hingga 20%.

Note dari sahampemenang : Resiko berinvestasi di saham dapat diminimalisir dengan memilih saham berfundamental kuat dan manajemen/pemilik berintegritas baik. 

Jadi sebenarnya sama saja, semua beresiko. Mungkin ada yg punya alasan bahwa emas, walau turun 20%, nantinya akan naik lagi dan akan mencetak rekor baru. Yah mungkin saja, tapi perlu diketahui bahwa saham pun demikian. Perusahaan yg bagus, bekerja dengan benar, akan tumbuh terus bahkan ketika krisis finansial datang melanda. Contoh saja Indonesia sudah melewati krisis terberatnya di thn '98 dan Anda bisa melihat fakta bahwa masih banyak perusahaan yg masih berdiri sekarang bahkan sudah tumbuh lebih besar berkali2 lipat sekarang. 
 
Pesan saya, sebagai investor kita dapat meminimalkan resiko kita dengan memilih saham pada perusahaan yg bagus, bekerja dengan benar, membukukan keuntungan dan terus tumbuh.



Selamat Berinvestasi!

Rabu, 23 Januari 2013

Tips dan Tutorial Pro Evolution Soccer (PES) 2013


Tutorial Pro Evolution Soccer 2013
Quote:[Share] Tips Lancar bermain PES 2013 dengan Intel Core i5-480M (1st Gen) by TNUC
[TESTED ON 64bit] Cara Install PES 2013 DI WIN 8 PRO by Sutanpanarang
Share Tips Lancar bermain PES 2013 dengan Intel HD 2000 pada Processor I3 2100 Sandy by TNUC
[TIPS] Mengatasi masalah saat milih 2nd division di pesedit selector by pamekweqz
PES 2013 Tips and Tricks Guide (PART2) by anton789
PES 2013 Tips and Tricks Guide (PART1) by anton789
Pasang Tato/Tattoo di player original BAL by Lorrelspur
Tips Main BAL by ziziramzi
TIPS untuk menambah Overral Rating M.Leg dan BAL
Tutorial Face Relink BAL & ML by matroska182
Tips Pes 2013 Lancar Dengan Intel HD Graphics 3000 by the.blues08
Tips Unlock All Boots (ML/BAL) by [o_o]
[Tutorial] Mengubah Font PES 2013 Sesukamu by [o_o]
How to stop Craching on PES2013 by Ismail Bara
[Tutorial] Membuat Wallpaper PES kurang dari 1 menit by [o_o]
Problem SecuRom PES 2013 ORIGINAL by lordibin
PES 2013 Tricks & Skills Tutorial - All Feints (VIDEO) by PESskillerHD
Share Mp3: PES 2013 Soundtrack | MF
Main PES 2013 dengan Intel GMA 4500M by joe
Tutorial knuckle free kick by ipankivan
Cara ganti backsound PES2013 by Sevenfoldism Of Vebriyanto blog
Feint PES 2013 (PDF) by dewangga
Tips yg sudah terlanjur install PES versi SKIDROW by d0m1n1
FIX ERROR "Pro Evolution Soccer has not been installed" 32-bit | 64-bit
VRAM dan GPUnya yg ke detect 'UNABLE'

Perbedaan DJIA, NYSE, dan Nasdaq (FAQ)

Q. Apa beda DJIA, NYSE, dan Nasdaq?

A. NYSE
Bursa Saham New York (NYSE) adalah salah satu bursa saham terbesar di dunia. Ia terletak di New York City, New York, AS.

Sekitar 2.800 perusahaan mencatatkan sahamnya di NYSE. Harga saham-saham di NYSE mencapai US$15 triliun dalam kapitalisasi pasar global. Hingga Juli 2004, seluruh dari 30 perusahaan di Dow Jones Industrial Average dicatat juga di NYSE, kecuali Intel and Microsoft.

Nasdaq
NASDAQ, aslinya sebuah singkatan untuk National Association of Securities Dealers Automated Quotations, adalah sebuah bursa saham yang dioperasikan oleh National Association of Securities Dealers. Ketika memulai perdagangan pada 8 Februari 1971, NASDAQ merupakan bursa saham elektronik pertama di dunia.

Sejak 1999, ia adalah bursa saham terbesar di Amerika dengan lebih dari setengah jumlah perusahaan yang diperdagangkan di AS dicatat di sini. NASDAQ terdiri dari NASDAQ National Market dan NASDAQ SmallCap Market. Bursa utamanya terletak di Amerika Serikat, dengan cabang di Kanada dan Jepang. NASDAQ juga mempunyai asosiasi dengan bursa saham di Hong Kong dan Eropa.

Pada 17 Juli 1995 NASDAQ ditutup pada level di atas 1.000 poin untuk pertama kalinya. Puncaknya terjadi pada 10 Maret 2000, di mana indeks mencapai 5048,62 poin.

NASDAQ ditutup dari 11 hingga 14 September 2001 akibat terjadinya Serangan Teroris 11 September 2001.

DJIA
The Dow Jones Industrial Average (NYSE: DJI, also called the DJIA, Dow 30, INDP, or informally the Dow Jones or The Dow) is one of several stock market indices, created by nineteenth-century Wall Street Journal editor and Dow Jones & Company co-founder Charles Dow. Dow compiled the index to gauge the performance of the industrial sector of the American stock market. It is the second-oldest U.S. market index, after the Dow Jones Transportation Average, which Dow also created.

Semoga membantu !

Apa yang dimaksud index bursa saham? dan bagaimana system kerja minitoring bursa saham yang berubah per detik?
Q. Saham setiap detik dapat berubah, bagaimana system monitoringnya yang selalu up to date, dan apa sih saham itu, khususnya yang diperdagangkan di bursa oleh broker broker saham?

A. Bursa saham, prinsipnya sama aja dengan jual beli barang, yaitu beli pada saat harganya murah, lalu jual pada saat harganya naik. Selisih harganya itulah keuntungan kita. Keuntungan yang seperti itu disebut capital gain.
Langkah pertama membeli saham, harus membuka account di sebuah perusahaan sekuritas, perusahaan ini nantinya akan berperan sebagai broker , nanti setelah punya account, kalo mau beli, kita tinggal bilang sama broker
yg melayani ternsaksi kita selanjutnya.

Motif lain membeli saham adalah untuk ikut memiliki suatu perusahaan tertentu, nantinya selain dapet keuntungan dari capital gain dia juga bisa ikut dapet bagian dari keuntungan operasional perusahaan tersebut , juga bisa ikut menentukan kebijakan perusahaan dalam rapat umum pemegang saham.

Rekan2 semua ada yg bermain di bursa efek jakarta?
Q. Buat rekan2 yg tau cara bermain di BEJ tlg kasih tau gimana caranya
& keahlian apa yg di butuhkan serta modal awal minimal berapa
Denger2 di nagara maju sana banyak pendeta/pastur yg bermain saham sehingga mereka maju2 & katanya di indonesia masih sedikit kiyai/ulama yg main saham

A. Saya juga masih dalam tahap belajar di bursa saham di amerika, namun intinya mungkin sama dengan di BEJ.
Ini adalah pengalaman saya, hal dasar... anda harus punya dana yang boleh dibilang 'siap untuk hilang'..alias jika uang itu hilang anda sanggup menerimanya, jadi pastikan dana itu adalah dana yang tidak terpakai yang ingin anda investasikan, jangan sampai anda menjual aset kebutuhan primer anda untuk dibeliin saham karena permainan saham sangat flukuatif sekali.

Seorang bisa mendadak kaya raya karena saham karena bisa melipatgandakan asetnya dalam tempo singkat. Contoh, bbrp minggu lalu pada saat Citibank hampir kolaps, harga sempat turun dikisaran $2 per saham (dari $30 tertinggi yang pernah dicatat dalam setahun), besoknya pemerintah amerika memberi bantuan dana bailout dan orang berbalik memburunya hingga harga naik sampai $8 persaham, so, dalam waktu 2-3 hari bisa naik hingga 300% (bandingan dengan bunga bank yg hanya 3-5%setahun).... namun, ada pula orang terjun dari lantai 30 karena orang tsb memidahkan seluruh asetnya dengan membeli saham perush A dan besoknya tiba-tiba perusahaan tersebut mengumumkan bangkrut.

Intinya, anda harus paham kapan saat membeli dan kapan saat menjual, tau kapan membeli pada saat harga rendah, dan tau kapan menjual pada saat harga bagus.

Anda harus tau saham dari perusahaan apa yang ingin anda beli, saham apa yang sedang nge-trend, industri apa yang sedang ngetrend, mengerti bagaimana kinerja perusahaan tersebut, laba-ruginya, mengerti keadaan pasar secara global, mengerti keadaan perekonomian juga. Anda bisa mempelajarinya dengan melihat2 website di internet, membeli buku2 mengenai pasar modal, dan mengikuti perkembangan berita. Ada website yang menyediakan situs dimana anda bisa berlatih bermain saham, hanya merupakan games saja namun bagus untuk berlatih, semakin lama berlatih insting akan bagus.

Ingatlah untuk membeli saham yang harganya sedang hancur, bukan membeli saham dari perusahaan yang hancur.

Kesabaran juga diperlukan dalam bermain saham, sabar menunggu harga naik, dan tidak panik pada saat harga turun, tidak terburu-buru menjual, tidak terburu-buru membeli, tetapi tidak telat membeli dan tidak telat menjual, tidak serakah pula. 

Pengalaman saya belajar main saham seperti ada seninya, saya mengalami kalah, menang, telat menjual, telat membeli, namun saya anggap sebagai pengalaman saya dan itu ternyata cukup menarik. 
 
Good luck.

Powered by Yahoo! Answers

Strategi Benjamin Graham dalam Memilih Saham

Tidak diragukan lagi bahwa Benjamin Graham merupakan pelopor dari value investing. Graham memandang saham sebagai sebuah bisnis dan bukan hanya sebagai komoditi perdagangan. Menurut Graham, investasi adalah tindakan yang melalui analisis mendalam, menjanjikan keamanan modal kita dan memberikan imbal hasil yang memuaskan. Tindakan-tindakan yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut bersifat spekulatif. Graham sendiri cenderung berhati-hati dan konservatif dalam memilih saham. Hal ini dapat dimaklumi karena kepanikan pasar tahun 1907 telah menyebabkan kebangkrutan bagi keluarganya akibat tindakan spekulatif di bursa saham.
Graham sendiri tidak luput dari depresi besar tahun 1929 yang menyebabkan dana investasi nasabah yang dikelolanya ikut terseret bersama dengan investor lain. Berangkat dari sinilah Graham mulai meletakkan dasar-dasar filosofi investasinya yang bersifat konservatif dan bertujuan untuk melindungi keamanan modal. Kenyataan membuktikan bahwa Graham hanya membutuhkan waktu lima tahun untuk mengembalikan modal nasabahnya sementara DJIA membutuhkan waktu 25 tahun untuk kembali ke level sebelum depresi besar terjadi. Tentu saja ini membuat nama Graham semakin bersinar dan mendapatkan penghormatan atas integritasnya sebagai fund manager. Salah satu muridnya yang bahkan dapat jauh melebihi track recordnya tak lain adalah Warren Buffett yang merupakan orang terkaya ke-2 di dunia sebagai hasil dari investasi. Oleh karena itu, tentulah akan sangat menarik untuk mencoba menerapkan strategi investasi Ben Graham. Walaupun untuk dapat secara akurat menerapkannya membutuhkan waktu dan usaha yang cukup besar, namun konsep-konsep dasar mengenai cara melakukan screening saham dan valuasi dari Graham bisa kita terapkan karena cukup sederhana.


Tulisan ini akan dipecah menjadi dua bagian. Bagian pertama akan membahas mengenai strategi untuk melakukan screening saham-saham yang layak untuk menjadi sarana investasi kita. Yang dimaksud dengan screening adalah seperti ’menyaring’. Kita akan mencoba menyaring saham-saham yang memenuhi kriteria investasi Graham. Tentu saja, penyaringan tersebut bertujuan mencari saham-saham yang berfundamental kuat sehingga investasi kita tidak akan bersifat spekulatif. Tulisan pada bagian kedua akan membahas bagaimana cara melakukan valuasi saham. Jika pada tulisan sebelumnya telah dipaparkan bagaimana cara menentukan harga wajar saham a la Buffett, maka kali ini kita akan mencoba melakukan valuasi menggunakan metode dari gurunya, yaitu Benjamin Graham. Prinsip-prinsip investasi Ben Graham dituangkan pada kedua bukunya yang sangat legendaris, yaitu Intellegent Investor dan Security Analysis. Konsep screening Graham sendiri dengan sangat bagus telah dirangkum oleh John P. Reese dan Jack M. Forehand dalam bukunya: ‘The Guru Investor’. Rangkuman tersebut akan dipaparkan pada tulisan bagian pertama ini.

Strategi Graham dalam Memilih Saham
  1. Sektor. Graham secara pribadi tidak berinvestasi pada saham-saham teknologi. Oleh karena itu, kriteria pertama kita adalah sebagai berikut:
    Sektor
    Seluruh saham kecuali saham teknologi ≥ Pilih
    Saham-saham teknologi < Buang
  2. Revenue. Untuk mengurangi risiko, Graham menginginkan perusahaan yang cukup besar karena kinerjanya cenderung lebih stabil, memiliki aset yang lebih besar, dan jarang memberikan kejutan-kejutan yang tidak mengenakkan. Graham merekomendasikan untuk berinvestasi pada perusahaan dengan revenue tahunan minimal $50 juta atau untuk kondisi saat ini setara dengan $340 juta.
    Komentar: Kondisi di bursa saham AS berbeda dengan bursa saham Indonesia (BEI). Kapitalisasi pasar NYSE (New York Stock Exchange) adalah sekitar $28.5 triliun dengan jumlah perusahaan terdaftar sebanyak 2,773. Artinya, kapitalisasi pasar rata-rata perusahaan di NYSE adalah $10.3 miliar. BEI sendiri memiliki kapitalisasi pasar sebesar $233 miliar (dengan asumsi kurs USD/IDR 9200) dengan 405 perusahaan yang terdaftar. Berdasarkan hal tersebut, kapitalisasi pasar rata-rata perusahaan di BEI adalah $576 juta. Dengan membandingkan kapitalisasi rata-rata perusahaan di BEI terhadap NYSE, maka revenue minimal untuk penyesuaian kriteria Graham untuk BEI adalah sebesar ($576 juta/$10.3 miliar) x $340 juta, atau sekitar $19 juta. Jika kita nyatakan dalam Rupiah, nilai tersebut setara dengan Rp 175 miliar. Dengan demikian kriteria kedua kita adalah:
    Revenue:
    ≥ Rp 175 miliar → Pilih
    < Rp 175 miliar → Buang
  3. Current Ratio. Graham menyukai perusahaan dengan likuiditas yang tinggi sehingga risiko terkena permasalahan keuangan menjadi semakin kecil. Salah satu parameter yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas adalah current ratio (current assets / current liabilities). Maka kriteria ketiga adalah:

    Current Ratio
    Current Ratio ≥ 2 → Pilih
    Current ratio < 2 dan perusahaan adalah perusahaan utilitas atau telekomunikasi → Pilih
    Current ratio < 2 untuk perusahaan selain itu → Buang

  4. Utang Jangka Panjang tehadap Net Current Assets. Graham tidak menyukai perusahaan yang utangnya terlalu besar. Yang dimaksud dengan net current assets adalah current asset dikurangi dengan current liabilities atau biasa disebut juga dengan working capital (modal kerja). Kita harus memastikan bahwa jika saat ini juga aset suatu perusahaan dilikuidasi, perusahaan tersebut mampu untuk membayar utang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan demikian kriteria kita selanjutnya:
    Utang Jangka Panjang / Net Current Assets
    Utang Jangka Panjang ≥ Net Current Assets → Pilih
    Utang Jangka Panjang < Net Current Assets → Buang
  5. Pertumbuhan EPS Jangka Panjang. Walaupun Graham adalah pelopor value investing namun growth tetap berperan penting dalam pemilihan sahamnya. Berbeda dengan growth investing, Graham menggunakan pertumbuhan EPS (Earning per Share) masa lalu untuk memperkirakan pertumbuhan EPS di masa datang. Dengan kata lain, Graham menggunakan pertumbuhan EPS sebagai indikator kestabilan keuangan suatu perusahaan. Graham menggunakan data selama 10 tahun ke belakang sebagai acuan. Untuk lebih memastikan, Graham membandingkan EPS rata-rata selama 3 tahun pada akhir dari periode 10 tahun tersebut dengan EPS rata-rata selama 3 tahun pada awal dari periode 10 tahun tersebut. Dengan demikian:
    Pertumbuhan EPS Jangka Panjang (10 tahun ke belakang)
    ≥ 30% dan tidak ada EPS yang negatif selama 5 tahun terakhir → Pilih
    < 30% → Buang
    ≥ 30% dan ada EPS yang negatif selama 5 tahun terakhir → Buang

  6. P/E Ratio (Price to Earning Ratio). Rasio ini digunakan Graham untuk membandingkan harga wajar suatu saham terhadap harga yang diberikan oleh pasar. Graham menggunakan P/E ratio rata-rata selama 3 tahun terakhir. Oleh karena itu kriteria berikutnya adalah:
    P/E Ratio
    P/E ratio ≤ 15 → Pilih
    P/E ratio > 15 → Buang
  7. P/BV Ratio (Price to Book Ratio). Rasio lain yang digunakan untuk membandingkan harga wajar saham dengan harga di pasar adalah P/BV ratio. Graham berpendapat bahwa perkalian antara P/BV ratio dengan P/E ratio tidak boleh melebihi 22. Dengan demikian:
    P/BV Ratio
    P/BV x P/E ≤ 22 → Pilih
    P/BV x P/E > 22 → Buang
  8. Total D/E Ratio (Debt to Equity Ratio). Secara umum, total utang perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang tidak boleh melebihi nilai ekuitasnya. Untuk perusahaan utilitas, telekomunikasi, dan jalan raya yang perlu diperhatikan adalah Long Term Debt to Equity Ratio saja karena adanya earning power. Maka:
    Total D/E Ratio
    D/E Ratio ≤ 100% → Pilih
    Perusahaan utilitas, telekomunikasi, atau jalan raya LTD/E ≤ 100% → Pilih
    D/E Ratio > 100% → Buang
    Perusahaan utilitas, telekomunikasi, atau jalan raya LTD/E > 100% → Buang
  9. Konsistensi Pembayaran Dividen. Graham sangat menyukai perusahaan yang membayarkan dividen secara terus-menerus selama 20 tahun terakhir berapapun jumlahnya.
    Komentar: Saat ini sudah sangat jarang perusahaan yang sangat konsisten membayarkan dividen. Perusahaan bisa saja tidak memberikan dividen namun mempergunakan labanya untuk keperluan ekpansi atau buyback sahamnya. Oleh karena itu saya pribadi tidak menjadikan kriteria ini sebagai suatu keharusan.

Kesembilan kriteria tersebut merupakan strategi Ben Graham untuk memilih suatu saham. Tentu saja untuk tahap selanjutnya kita juga harus mengetahui harga wajar dari suatu saham. Cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan valuasi.

Pada bagian kedua dari tulisan ini akan dipaparkan bagaimana cara Graham untuk melakukan valuasi saham. Kita juga akan mencoba untuk melakukan studi kasus pada beberapa saham, baik screening maupun valuasinya.

Bagaimana Cara Menentukan Harga Wajar Saham?

Mungkin ada bingung bagaimana cara menghitung harga wajar PGAS. Begini caranya kira-kira:
Melakukan penilaian (valuasi) saham adalah proses menentukan berapa harga yang wajar untuk suatu saham. Walaupun harga saham berubah setiap waktu, namun dengan mengetahui nilai wajarnya, kita akan lebih tenang dalam menghadapi gejolak pasar. Konsep harga wajar ini telah saya bahas di tulisan sebelumnya di sini.

Dalam melakukan valuasi, mau tidak mau kita harus mengerti sedikit cara membaca laporan keuangan sebab perhitungan valuasi melibatkan item-item dalam laporan keuangan perusahaan. Untung saja, seorang teman baik saya, Edison telah memaparkan dengan sangat baik bagaimana cara membaca laporan keuangan di blognya di sini.

Warren Buffett mengatakan bahwa nilai intrinsik (nilai wajar) suatu saham didefinisikan sebagai nilai saat ini dari aliran kas masuk yang akan didapatkan sepanjang umur hidup perusahaan tersebut. Nilai saat ini dari uang yang akan kita dapatkan di masa depan merupakan konsep time value of money yang dapat kita pelajari di sini. Buffett mengatakan bahwa cara ini adalah satu-satunya cara yang masuk akal untuk mengevaluasi keatraktifan dari suatu investasi dan bisnis. Pemikiran Warren Buffett mengenai nilai intrinsik ini banyak dipengaruhi oleh John Burr Williams, yang merupakan orang yang pertama kali mengemukakan pemikiran mengenai nilai intrinsik ini.

Charles S. Mizrahi dalam bukunya “Getting Started in Value Investing” menjelaskan sebuah cara sederhana dalam melakukan penilaian harga wajar saham. Meskipun sederhana bukan berarti cara ini tidak efektif. Keindahan dari cara ini justru berasal dari kesederhanaannya. Agar lebih mudah dipahami, proses valuasi ini akan saya pecah menjadi beberapa langkah. Sebagai contoh saya akan menilai harga wajar saham PT. Unilever Indonesia. Laporan keuangannya dapat kita ambil di websitenya di sini. Saya memilih Unilever karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang sangat solid dengan manajemen yang mumpuni. Perlu diingat, sebelum melakukan valuasi kita sebaiknya memilih perusahaan dengan pertumbuhan laba bersih 5 tahun ke belakang minimal 10%. Beruntung sekali ternyata kita dapat memperoleh data keuangan Unilever sampai dengan 10 tahun ke belakang. Selain itu, sebaiknya saham yang akan kita nilai memiliki Return on Equity (ROE) minimal 15%. Unilever dapat memenuhi kriteria-kriteria tersebut.

Sebelum melakukan valuasi, coba buat dulu profil dari perusahaan tersebut seperti di bawah ini:

Pertama-tama kita harus menentukan dahulu pertumbuhan (growth) EPS (Earning per Share) selama paling tidak 5 tahun ke belakang. Dalam menentukan berapakah proyeksi pertumbuhan EPS selama 5 tahun ke depan, ikuti langkah berikut:

  • Jika rata-rata pertumbuhan EPS perusahaan 5 tahun ke belakang lebih besar dari 15%, maka proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke depan adalah 15%. Mengapa saya menentukan proyeksi EPS 15%? Sangat sedikit perusahaan yang mampu mempertahankan pertumbuhan EPS di atas 15% per tahun secara kontinyu. Oleh karena itu sebaiknya kita proyeksikan pertumbuhan EPS selama 5 tahun ke depan adalah 15%.
  • Jika pertumbuhan EPS perusahaan 5 tahun ke belakang lebih kecil dari 15%, maka proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke depan adalah 10%.

Terlihat bahwa pertumbuhan EPS rata-rata Unilever adalah 16.94% per tahun. Oleh karena itu kita tentukan proyeksi pertumbuhan EPS 5 tahun ke depan adalah 15% per tahun.

Setelah itu kita tentukan proyeksi rasio P/E (Price to Earning) untuk 5 tahun ke depan. Untuk memproyeksi P/E Unilever 5 tahun ke depan, kita dapat menggunakan langkah mudah berikut:
  • Jika P/E lebih dari 20, gunakan proyeksi P/E 17
  • Jika P/E kurang dari 20, gunakan proyeksi P/E 12

Saat ini berdasarkan data kuartal III dapat diperkirakan P/E Unilever adalah 21.9 (> 20). Dengan demikian kita tentukan proyeksi P/E 5 tahun ke depan adalah sebesar 17.

Setelah menentukan proyeksi pertumbuhan EPS dan P/E, mari kita mulai proses valuasinya.

LANGKAH 1: Menghitung EPS 5 tahun ke depan berdasarkan proyeksi pertumbuhan 15%

Menentukan besar EPS 5 tahun ke depan berdasarkan proyeksi pertumbuhan EPS (15%). Mari kita perhatikan tabel perhitungan besar EPS 5 tahun ke depan di bawah ini:

Kita mendapatkan proyeksi EPS r tahun ke depan (akhir tahun 2013) adalah sebesar 718 rupiah.

LANGKAH 2: Mengalikan proyeksi P/E dengan proyeksi EPS pada tahun ke-5 (tahun 2013)

Karena proyeksi P/E yang kita gunakan adalah 17, maka dengan mengalikan EPS saham Unilever maka pada akhir tahun ke-5 (akhir tahun 2009) dengan proyeksi P/E (17), saham Unilever akan diperdagangkan pada harga 12,207 rupiah per lembar.

LANGKAH 3: Menghitung laba yang dibayarkan sebagai dividen

Berdasarkan laporan keuangan yang lalu, didapatkan bahwa porsi keuntungan yang diberikan Unilever sebagai dividen adalah 60.22%. Angka ini disebut juga dengan dividen payout ratio. Dengan menjumlahkan EPS selama 5 tahun ke depan kita mendapatkan jumlah EPS adalah 2,768 rupiah per lembar saham (411 + 472 + 543 + 624 + 718 = 2,768). Dengan mengalikan jumlah EPS tersebut dengan dividen payout ratio sebesar 60.22%, kita memproyeksikan total dividen yang akan kita terima selama 5 tahun ke depan adalah sebesar 1,667 rupiah per lembar saham (2,768 x 60.22% = 1,667).

Sebagai catatan, nilai dividen payout ratio Unilever ini sangat tinggi. Hal tersebut wajar karena Unilever merupakan perusahaan yang sudah mature dan tidak terlalu agresif berekspansi.

LANGKAH 4: Menghitung harga saham total

Dengan menambahkan proyeksi harga saham 5 tahun ke depan dengan jumlah dividen yang kita terima dalam kurun waktu tersebut, kita mendapatkan harga saham total Unilever 5 tahun ke depan adalah 13,875 per lembar (12,207 + 1,667 = 13,875 –> dengan pembulatan). Apakah perhitungan kita sudah selesai? Belum. Harga yang kita dapatkan tersebut adalah harga 5 tahun ke depan. Kita harus mengetahui berapa harga wajar yang pantas kita bayarkan saat ini untuk mendapatkan return yang bagus terhadap investasi kita.

LANGKAH 5: Menentukan berapa harga yang pantas dibayarkan untuk mendapatkan return yang layak

Jika kita memasukkan uang kita dalam deposito, berapakah return per tahun yang akan kita dapatkan? Saat ini kita akan memperoleh return dari deposito sekitar 8-9% per tahun. Karena kita ingin berinvestasi di saham, tentu saja kita menuntut return yang lebih tinggi dari itu karena kita telah mengambil risiko yang lebih tinggi. Kelebihan return tersebut dinamakan risk premium. Di AS, risk premium rata-rata adalah 4.91%. Untuk Indonesia terdapat tambahan country risk premium sebesar 5.25%. Jadi total risk premium yang akan kita gunakan adalah 10.16% (Nasib, nasib. Tinggi bener country risk Indonesia yah ). Data tersebut dapat kita dapatkan dari sini. Dengan menambahkan total risk premium (10.16%) dengan suku bunga deposito (8%), maka return yang layak untuk berinvestasi di saham adalah sebesar 18.16% per tahun.

Kita telah mengetahui bahwa saham Unilever akan diperdagangkan di harga 13,875 untuk 5 tahun ke depan. Berapakah harga yang patut kita bayarkan untuk selembar saham Unilever saat ini untuk memperoleh return 18.16% per tahun?

Untuk menentukan harga yang pantas, maka kita harus membagi harga pada akhir tahun ke-5 tersebut (13,875) dengan 1.1816 tiap tahunnya selama 5 tahun.

Terlihat bahwa harga yang pantas kita bayarkan untuk selembar saham Unilever adalah 6,023. Saat ini saham Unilever diperdagangkan di harga 7,600 per lembar, agak terlalu mahal. Sepertinya kita harus menunggu harga sahamnya turun dulu baru kita mulai membelinya

Perhatikan bahwa jika kita menginginkan return hanya 15% per tahun, maka harga tertinggi yang pantas kita bayarkan adalah 6,898. Mari kita perhatikan berapa harga tertinggi yang pantas untuk saham tersebut jika kita menginginkan return yang berbeda.

Terlihat bahwa jika kita bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk suatu saham, semakin kecil return yang akan kita terima. Oleh karena itulah investor yang baik biasanya sangat sabar menunggu harga yang murah untuk mulai berinvestasi Investor jenis ini tidak akan gegabah membeli saham tanpa memperhitungkan harga wajarnya.

Disclaimer is on

Note: Artikel tersebut saya tulis tahun 2008 ketika laporan keuangan FY 2008 UNVR belum keluar (masih forecast dari 2007). Jadi sudah tidak relevan lagi datanya. Saya hanya ingin memaparkan cara mengetahui harga wajar saham. Untuk diskusi selanjutnya saya akan berusaha menggunakan data seupdate mungkin.

Sumber:

Pojok Ide

Antara IHSG, Emas, dan Inflasi (Sebuah Perbandingan)

Melonjaknya harga emas belakangan ini menyebabkan banyak orang yang mengalihkan investasinya ke emas. Selama dua dekade terakhir ini memang harga emas mengalami kenaikan yang cukup luar biasa. Sebagai komoditas dengan fungsi pelindung nilai, sejatinya harga emas memang seharusnya meningkat sebanding dengan inflasi. Mari kita lihat perbandingan perubahan harga emas terhadap inflasi:


Terlihat bahwa sampai dengan tahun 1997, tampaknya memang benar bahwa dengan menyimpan emas kita dapat menahan inflasi. Yang menarik, sejak tahun 1998 dan terus berlanjut hingga tahun 2010, emas tampaknya naik secara kumulatif jauh di atas perubahan kumulatif inflasi. Apakah ada kaitannya dengan ancaman ketidakstabilan ekonomi Indonesia yang dipicu oleh krisis moneter 1997?

Sebagai seorang investor saham, tentu kita bertanya-tanya apakah dengan kenaikan harga emas yang begitu pesat, layakkah kita berinvestasi di bursa saham? Mungkin grafik di bawah bisa membantu. Saya menggunakan data tahunan dari tahun 1984 s.d 2010.



Tampaknya IHSG berjalan seiring dengan harga emas (sudah disesuaikan dengan kurs rupiah pada tahun yang bersangkutan). Meskipun begitu, terlihat bahwa IHSG lebih fluktuatif dibandingkan dengan emas.

Tanggung rasanya apabila kita tidak membandingkan ketiga parameter tersebut (IHSG, emas, dan inflasi) dalam satu grafik.



Terlihat jelas bahwa:
  1. IHSG dan emas dapat mengalahkan inflasi.
  2. Walaupun lebih fluktuatif, terlihat bahwa secara kumulatif IHSG mampu untuk mengungguli kinerja emas.

Dengan demikian tampaknya berinvestasi di bursa saham terlihat masih cukup prospektif

Jangan lupa, nilai IHSG di atas belum termasuk dividen sehingga seharusnya kinerja IHSG lebih baik lagi daripada yang terlihat di grafik.

Tambahan lagi. Seandainya suku bunga deposito adalah sekitar 10% per tahun (mestinya di bawah itu karena ada pajak bunga sebesar 20%). Maka dalam kurun waktu 1985-2010, secara kumulatif kita akan mendapatkan return sebesar sekitar 983%. Angka ini masih di bawah tingkat inflasi kumulatif (1.084%). Masih mau menaruh uang di dalam deposito saja?

Sumber: Pojok Ide

Company Analysis, The Heart of Stock Fundamental Analysis

Sebagai sebuah instrument investasi, saham memang dapat dipandang dari berbagai sisi. Saham diperdagangkan setiap harinya di bursa saham sehingga harganya akan terus berubah tergantung mood dari market. Saham yang sejatinya merupakan tanda kepemilikan suatu perusahaan (company), bisa dipandang sebagai komoditas. Range perdagangan yang cukup lebar tiap harinya memungkinkan kita untuk mendapatkan keuntungan dengan membeli dan menjual pada saat yang tepat. Jika kita memandang dari sisi ini, kita memposisikan diri sebagai trader. Tidak dipungkiri banyak trader yang berhasil mendapatkan keuntungan dengan menggunakan cara ini.

Namun apabila kita ingin menjadi purist dan memandang saham sebagai kepemilikan suatu bisnis, maka sebelum mulai berinvestasi di saham, kita sebaiknya mengetahui bagaimana bisnis suatu perusahaan dijalankan. Jika kita bisa mengambil keuntungan dengan trading, mengapa kita perlu bersusah payah melakukan analisa fundamental dari suatu saham? Toh dengan mengamati chart, kita bisa mendapatkan keuntungan juga.
Satu hal yang perlu diingat, dalam jangka pendek, market adalah voting machine, sedangkan dalam jangka panjang, market adalah mesin penimbang (weighing machine). Apa maksudnya?

Dalam jangka pendek, kondisi psikologis pelaku pasar akan sering berubah-ubah. Setiap hari berita dan informasi yang datang membanjir akan mengaduk-aduk emosi para trader dan mempengaruhi pandangan mereka tentang prospek suatu saham. Trader yang berpengalaman akan mampu untuk memanfaatkan kondisi psikologis para pelaku pasar ini dan mendapatkan keuntungan. Karena dalam jangka pendek, harga saham akan berubah-ubah sesuai dengan perilaku para trader tersebut. Oleh karenanya, dalam jangka pendek disebut dengan voting machine.

Apa yang terjadi dalam jangka panjang. Seekstrim apapun volatilitas harga saham, pada akhirnya kinerja perusahaan di baliknya akan membuat gap antara value dari perusahaan dengan harga saham yang diperdagangkan di bursa. Akibatnya, mau tak mau harga saham akan mengikuti kinerja dari perusahaannya. Oleh karena itu dalam jangka panjang, market disebut dengan weighing machine.

Apabila dasar kita dalam berinvestasi di saham adalah dengan menganalisa bisnis di baliknya, maka kita disebut melakukan analisa fundamental. Analisa fundamental sendiri sebenarnya sangat luas. Suatu bisnis mau tak mau akan dipengaruhi oleh kondisi eksternal (kondisi ekonomi, tingkat persaingan, regulasi pemerintah, dan fase suatu industri tempat perusahaan berada).
Walaupun begitu, sebuah perusahaan yang dikelola dengan baik akan mampu mengantisipasi perubahan kondisi eksternal . Apa yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menghadapi berbagai macam cuaca di luat perusahaan akan tercermin pada strategi yang mereka terapkan. Bagaimana kita mengetahuinya? Salah satu sumber yang cukup dapat diandalkan adalah laporan tahunan mereka. Di dalam laporan tahunan, manajemen akan melaporkan banyak hal mengenai perusahaan, mulai dari kinerjanya, tantangan yang dihadapi, strategi untuk mengembangkan usahanya, serta bagaimana kondisi keuangannya. Pendeknya, kita bisa mulai memahami suatu bisnis dengan membaca laporan tahunan.

Oleh karena itu, saya menyebut company analysis sebagai heart of fundamental analysis. Kondisi fundamental eksternal akan selalu berubah namun yang lebih penting adalah kemampuan perusahaan untuk mengantisipasinya.

Tujuan saya untuk membuat thread ini adalah melakukan analisa terhadap kondisi fundamental suatu perusahaan dan berusaha menemukan potensi-potensi investasi di dalamnya. Mari kita coba menggali potensi dari suatu perusahaan sampai dengan melakukan valuasi.

Silakan buat yang pengen diskusi di sini

Source