Minggu, 28 Oktober 2012

Pola Pikir Trading dan Money Management (Psikologi Trading)

If you’re failing to plan, you’re planning to fail 
Kamu mungkin bertanya-tanya "apa hubungannya tulisan diatas dengan trading ?". Oke, bukankah segala sesuatu yang kita pikirkan itu pasti dapat mendorong kita untuk melakukan segala sesuatu di dalam kehidupan sehari-hari?, dan trading sendiri merupakan bagian dari kehidupan trader meskipun porsinya mungkin bervariasi.

Quote:
Pola pikir (mindset) bersama dengan kemampuan money management dan metode yang dilakukan dalam trading adalah tiga hal terpenting yang mempengaruhi perilaku trading seseorang. Kalau kamu bertanya kepada trader-trader yang sukses, kebanyakan dari mereka akan bilang bahwa hal yang membuat mereka sukses adalah kekuatan mental (psikologi trading) mereka ketika mereka mengalami kesulitan.

Jadi.... pola pikir itu apa sih? Kok keliatannya jadi konsep yang abstrak, pola pikir itu mencakup apa yang ada pada dirimu masing-masing, apa kekuatan dan kelemahanmu, misal apakah kamu cepat terpengaruh atau cukup disiplin menjalankan apa yang kamu mau. Pola pikir paling tercermin pada sikapmu dalam menghadapi sesuatu (halah.... jadi njelimet ya
).
Quote:
“The longer I live the more convinced I become that life is 10 percent what happens to us and 90 percent how we respond to it.” – Charles Swindoll
Kata-kata Charles Swindoll menurut saya pribadi sangat applicable/berlaku di dunia trading karena bagaimanapun sikapmu itu sendiri yang menentukan apa yang akan terjadi pada sistem tradingmu, karena sewaktu kamu bereaksi pada hal yang kamu alami (dalam hal trading, keadaan market) akan lebih berpengaruh, daripada apa yang terjadi pada kamu saat itu pada proses pengambilan keputusanmu.

Ini hanya ilustrasi saja misalkan ada 2 trader F dan G, trader F ketika mengalami kerugian menjadi kesal dan membiarkan emosi mempengaruhi keputusannya dan tentu akhirnya tradingnya jadi kurang terarah serta tidak memikirkan sistem trading (asal maen pencet-pencet aja). Sedang trader G menerima bahwa kerugian adalah bagian dari trading dan tetap menjalankan trading seperti biasa.


Ada beberapa atribut lain yang mempengaruhi trader, seperti:

  • kepercayaan diri
  • kesabaran
  • emosi
  • pengambilan keputusan
Source

Senin, 22 Oktober 2012

Cara Wipe (Reset to Factory) Blackberry (BB)


Cara Wipe Blackberry (BB) - Prolog

Blackberry (BB). Siapa tak kenal dengan ponsel pintar alias smartphone besutan RIM ini. Blackberry di Indonesia sendiri begitu fenomenal. Bagaimana tidak. Smartphone yang memiliki berbagai fitur menarik ini begitu mempesona para pengguna ponsel. Mudah digunakan namun tetap dengan kecanggihannya disertai harga yang relatif terjangkau sesuai dengan fitur yang diberikan.
Nah, jika anda pengguna BB atau anda sekadar seorang yang hobi otak-atik ponsel, anda mungkin pernah mendengar istilah wipe Blackberry. Biasanya istilah ini baru dikenal saat seorang pengguna ponsel BB hendak menjual smartphone miliknya itu.
Cara Wipe Blackberry - BB Series
Istilah wipe Blackberry sendiri merupakan sebuah proses reset ponsel BB agar kembali ke pengaturan awal alias pengaturan standar pabrik yang sering disebut dengan default factory settings. Dengan melakukan wipe BBini, seluruh program dan pengaturan yang pernah terinstall ataupun dibuat dan diubah pada ponsel BB akan terhapus sehingga ponsel Blackberry tersebut akan kembali seperti baru, berada pada kondisi awal saat pertama kali dibeli dalam keadaan gress. Dengan begitu, siapapun yang membeli ponsel Blackberry yang anda jual itu tidak akan dapat mengakses ataupun memanfaatkan berbagai data penting yang ada dalam ponsel Blackberry anda.
Selain karena akan dijual, fungsi dari proses wipe Blackberry sendiri salah satunya adalah membantu anda saat terjadi masalah pada Blackberry anda misalnya saja wipe Blackberry ini sangat bermanfaat saat satu atau lebih program yang diinstall ke dalam Blackberry mengalami masalah sehingga Blackberry anda sering hang. Hal ini tentu sangat menjengkelkan mengingat aktifitas anda tidak dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya.
Wipe Blackberry juga memiliki manfaat lain yakni untuk menghapus data-data yang tersisa pada ponsel Blackberry ketika anda memutuskan untuk membeli ponsel BB second alias bekas. Dengan demikian, anda dapat memperoleh kondisi “baru” dari ponsel Blackberry bekas yang anda beli tadi.

Cara Wipe Blackberry – Langkah Pengerjaan

Nah, setelah panjang lebar membicarakan tentang wipe BB berikut kegunaannya maka sekarang kita akan beralih pada topik utama pembicaraan kita di artikel ini yakni cara wipe BB atau bisa dibilang cara melakukan wipe Blackberry sendiri. Mengapa? Karena anda tidak perlu datang ke tukang servis ataupun ke tempat elektronik untuk melakukan wipe Blackberry. Anda dapat melakukannya sendiri dimanapun kapanpun anda inginkan.
Cara Wipe Blackberry
Cara wipe Blackberry ini tidak sulit, malah cenderung mudah dan sederhana. Percaya atau tidak, silahkan terus simak artikel ini. Selain itu, Anda juga tidak perlu mengeluarkan dana untuk membayar jasa tukang servis. Dan yang paling penting, aktifitas ini cukup menantang. Betul kan? Baiklah kalau begitu. Kita mulai bahas mengenai cara wipe BB.
Berikut langkah-langkah yang perlu Anda lakukan untuk wipe BB Anda :
  1. Pada ponsel Blackberry anda, pilih menu Options
  2. Setelah masuk daftar Options, pilih Security Option
  3. Kemudian pilih General Setting
  4. Tekan tombol Blackberry pada keypad ponsel Blackberry anda lalu pilih Wipe
Sesederhana itu dan proses wipe BB sudah selesai. Anda tinggal mengecek hasilnya.

Cara Wipe Blackberry – Penutup & Tips

Sebagai catatan, pastikan anda telah melakukan backup terhadap file-file dalam BB anda berikut nomor-nomor kontak. Mengapa ini penting? Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa proses wipe BB  ini akan menghapus semua data yang tidak benar-benar anda butuhkan di masa mendatang. Kemudian anda akan mendapati ponsel Blackberry anda seolah ia baru saja diservis padahal hanya melakukan langkah sederhana saja. Yang anda dapati sekarang dari sebuah ponsel Blackberry pasca wipe Blackberry adalah sebuah ponsel baru yang pengaturannya sudah default ke pengaturan pabriknya.
Menarik bukan? selamat mencoba dan semoga bermanfaat.
Blackberry (BB). Siapa tak kenal dengan ponsel pintar alias smartphone besutan RIM ini. Blackberry di Indonesia sendiri begitu fenomenal. Bagaimana tidak. Smartphone yang memiliki berbagai fitur menarik ini begitu mempesona para pengguna ponsel. Mudah digunakan namun tetap dengan kecanggihannya disertai harga yang relatif terjangkau sesuai dengan fitur yang diberikan.

Nah, jika anda pengguna BB atau anda sekadar seorang yang hobi otak-atik ponsel, anda mungkin pernah mendengar istilah wipe Blackberry. Biasanya istilah ini baru dikenal saat seorang pengguna ponsel BB hendak menjual smartphone miliknya itu.

Cara Wipe Blackberry - BB Series

Istilah wipe Blackberry sendiri merupakan sebuah proses reset ponsel BB agar kembali ke pengaturan awal alias pengaturan standar pabrik yang sering disebut dengan default factory settings. Dengan melakukan wipe BBini, seluruh program dan pengaturan yang pernah terinstall ataupun dibuat dan diubah pada ponsel BB akan terhapus sehingga ponsel Blackberry tersebut akan kembali seperti baru, berada pada kondisi awal saat pertama kali dibeli dalam keadaan gress. Dengan begitu, siapapun yang membeli ponsel Blackberry yang anda jual itu tidak akan dapat mengakses ataupun memanfaatkan berbagai data penting yang ada dalam ponsel Blackberry anda.

Selain karena akan dijual, fungsi dari proses wipe Blackberry sendiri salah satunya adalah membantu anda saat terjadi masalah pada Blackberry anda misalnya saja wipe Blackberry ini sangat bermanfaat saat satu atau lebih program yang diinstall ke dalam Blackberry mengalami masalah sehingga Blackberry anda sering hang. Hal ini tentu sangat menjengkelkan mengingat aktifitas anda tidak dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya.
Wipe Blackberry juga memiliki manfaat lain yakni untuk menghapus data-data yang tersisa pada ponsel Blackberry ketika anda memutuskan untuk membeli ponsel BB second alias bekas. Dengan demikian, anda dapat memperoleh kondisi “baru” dari ponsel Blackberry bekas yang anda beli tadi.

Cara Wipe Blackberry – Langkah Pengerjaan

Nah, setelah panjang lebar membicarakan tentang wipe BB berikut kegunaannya maka sekarang kita akan beralih pada topik utama pembicaraan kita di artikel ini yakni cara wipe BB atau bisa dibilang cara melakukan wipe Blackberry sendiri. Mengapa? Karena anda tidak perlu datang ke tukang servis ataupun ke tempat elektronik untuk melakukan wipe Blackberry. Anda dapat melakukannya sendiri dimanapun kapanpun anda inginkan.

Cara Wipe Blackberry

Cara wipe Blackberry ini tidak sulit, malah cenderung mudah dan sederhana. Percaya atau tidak, silahkan terus simak artikel ini. Selain itu, Anda juga tidak perlu mengeluarkan dana untuk membayar jasa tukang servis. Dan yang paling penting, aktifitas ini cukup menantang. Betul kan? Baiklah kalau begitu. Kita mulai bahas mengenai cara wipe BB.
Berikut langkah-langkah yang perlu Anda lakukan untuk wipe BB Anda :
  1. Pada ponsel Blackberry anda, pilih menu Options
  2. Setelah masuk daftar Options, pilih Security Option
  3. Kemudian pilih General Setting
  4. Tekan tombol Blackberry pada keypad ponsel Blackberry anda lalu pilih Wipe
Sesederhana itu dan proses wipe BB sudah selesai. Anda tinggal mengecek hasilnya.

Cara Wipe Blackberry – Penutup & Tips

Sebagai catatan, pastikan anda telah melakukan backup terhadap file-file dalam BB anda berikut nomor-nomor kontak. Mengapa ini penting? Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa proses wipe BB  ini akan menghapus semua data yang tidak benar-benar anda butuhkan di masa mendatang. Kemudian anda akan mendapati ponsel Blackberry anda seolah ia baru saja diservis padahal hanya melakukan langkah sederhana saja. Yang anda dapati sekarang dari sebuah ponsel Blackberry pasca wipe Blackberry adalah sebuah ponsel baru yang pengaturannya sudah default ke pengaturan pabriknya.

Menarik bukan? selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

Senin, 08 Oktober 2012

Mengenal Fundamental Perbankan


Waktu kemarin saya bikin ebook tentang metode analisis fundamental, saya lupa bilang kalau ada beberapa emiten yang memiliki struktur laporan keuangan yang agak berbeda dari yang biasanya. Di ebook tersebut, contoh lap keu yang saya tampilkan adalah Unilever Indonesia (UNVR), dan memang seperti itulah lap keu emiten-emiten di BEI pada umumnya. Namun, khusus untuk emiten di bidang financial service (perbankan, jasa pembiayaan, asuransi, dll), struktur lap keu-nya tidak seperti itu (meski pada intinya sih sama saja), sehingga cara membaca/menganalisis fundamentalnya pun sedikit berbeda. Artikel ini akan membahas hal tersebut.

Karena emiten-emiten di sektor jasa pembiayaan (ADMF, WOMF, dll) dan asuransi (AMAG, ABDA, dll) tidak begitu populer di mata investor, maka yang akan kita bahas disini adalah fundamental perbankan (BMRI, BBRI, dll). Selain beberapa rasio fundamental yang sudah kita kenal (EAR, EDR, EER, ROA, dll), emiten perbankan memiliki beberapa rasio fundamental lainnya yang penting untuk dilihat jika kita hendak menilai kinerjanya. Pada dasarnya, ada tiga rasio yang harus diperhatikan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Interest Margin (NIM), dan Non Performing Loan (NPL). Oke, kita langsung saja bahas satu per satu.

1. Capital Adequacy Ratio

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau biasa juga disebut Rasio Kecukupan Modal, adalah perbandingan antara modal bersih yang dimiliki bank dengan total asetnya. Contohnya, anda punya modal 20 milyar. Anda lalu mendirikan bank. Bank anda kemudian berhasil menjaring banyak nasabah dan mengumpulkan dana pihak ketiga/DPK (tabungan, deposito, dan giro) dari masyarakat sebesar total 50 milyar. Anda juga memiliki aset-aset lain diluar modal dan DPK, senilai total 30 milyar. Dengan demikian, total aset bank anda adalah 20 + 50 + 30 = 100 milyar. Lalu berapa CAR bank anda? Ya modal bersih dibagi total aset, alias 20 / 100 = 0.20 = 20%.

Ilustrasi diatas adalah cara untuk menghitung CAR secara kasar. Kenapa disebut kasar? Karena untuk menghitung CAR secara lebih tepatnya, anda harus memasukkan faktor-faktor resiko yang mungkin bisa mengurangi total ekuitas dan/atau aset bank anda, ke dalam rumus untuk menghitung CAR.

Contohnya begini. Dari DPK sebesar 50 milyar tadi, anda lalu menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit alias pinjaman, katakanlah sebesar 40 milyar. Nah, namanya orang pinjem duit ke bank, selalu saja ada kemungkinan dia gagal melunasinya bukan? Inilah yang dimaksud dengan faktor resiko, dalam hal ini resiko kredit. Katakanlah resiko gagal bayar itu mencapai 5%, yang itu berarti dari 40 milyar dana yang anda pinjamkan ke masyarakat, terdapat 2 milyar yang bisa saja hilang (karena tidak dikembalikan oleh peminjamnya). Jika 2 milyar ini benar-benar hilang, artinya apa? Artinya total aset dan total ekuitas anda akan berkurang masing-masing 2 milyar. Untuk aset, dari tadinya 100 milyar menjadi 98 milyar. Dan untuk modal, dari tadinya 20 milyar menjadi 18 milyar. Maka, rumus menghitung CAR-nya menjadi 18 / 98 = 0.184 = 18.4%.

Jadi kita bisa mengatakan bahwa CAR bank anda dengan memperhitungkan resiko kredit adalah 18.4%.

Pada prakteknya, rumus untuk menghitung CAR terbilang rumit dan panjang, dan sama sekali tidak sesederhana seperti yang diilustrasikan diatas. Selain resiko kredit, terdapat pula dua resiko lainnya yang juga harus ikut diperhitungkan, yaitu resiko pasar dan resiko operasional. Untungnya, kita gak perlu capek-capek menghitungnya karena bank sudah menampilkan CAR mereka pada laporan keuangannya. Contohnya, pada kuartal III 2010 (9M10), Bank Mandiri (BMRI) mencatat CAR 14.13%. Dengan demikian kita bisa mengatakan, total modal BMRI dengan memperhitungkan faktor resiko ini dan itu, adalah 14.13% dari total asetnya.

Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas perbankan di Indonesia, menetapkan batas minimum CAR di 8%. Jadi kalau ada bank yang CAR-nya yang kurang dari 8%, maka bank tersebut akan dilikuidasi. Peraturan ini tentu diperlukan, sebab bank adalah lembaga yang bertanggung jawab langsung kepada masyarakat banyak (bank kan tempat kita ‘nitip’ duit). Jika ada sebuah bank yang modalnya kurang dari 8% dari total asetnya, maka tentunya bank tersebut beresiko tinggi untuk gagal mengembalikan dana tabungan masyarakat. Masih ingat cerita soal Bank Century? Ketika di bail-out, CAR Bank Century adalah minus 153.7% (Versi kepala LPS, Firdaus Djaelani). Ini aneh bin ajaib, sebab ketika sebuah bank CAR-nya sudah dibawah 8%, seharusnya BI sudah mengambil tindakan. Eh, ini dibiarin gitu aja sampe bisa minus sebesar itu.

Balik lagi ke soal CAR. Karena setiap tahun jumlah DPK yang dikumpulkan oleh para bank semakin meningkat, seiring dengan semakin banyaknya jumlah nasabah yang menabung, maka aset bank juga akan terus meningkat. Alhasil, modal bank juga harus ditingkatkan untuk mengimbanginya. Kalau nggak, ntar CAR-nya bisa menjadi kurang dari 8%. Makanya BMRI, Bank BNI (BBNI), dan juga beberapa bank lainnya, dikabarkan akan menggelar right issue untuk menambah modal mereka, agar CAR mereka tetap diatas 8%.

Cara membaca CAR ini mudah: Semakin besar angkanya, maka semakin bagus bank-nya, karena itu berarti modalnya semakin kuat. Hati-hati pada bank yang CAR-nya mendekati batas minimum 8%. Kalau dibandingkan dengan rasio fundamental pada emiten yang umumnya, CAR ini kira-kira sama (tapi tidak sama persis) dengan EAR (Equity to Assets Ratio), alias rasio modal terhadap aset.

2. Net Interest Margin

Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih (pendapatan bunga bank yang sudah dikurangi beban pokok), dengan nilai aset produktif. Yang dimaksud dengan aset produktif adalah aset yang menghasilkan bunga tadi (istilahnya net bearing assets). Misalnya, sebuah bank asetnya 100 milyar. Dari total aset tersebut, 80 milyar diantaranya disalurkan kesana kemari dalam bentuk kredit, surat berharga, obligasi, dll, sehingga menghasilkan pendapatan bagi bank berupa bunga. Nah, 80 milyar inilah yang disebut dengan aset produktif.

Jika bank tersebut mencatat pendapatan bunga 5 milyar dalam setahun, kemudian setelah dikurangi beban pokok hasilnya adalah 4 milyar, maka NIM-nya adalah 4 / 80 = 0.05 = 5%.

Seperti CAR, anda tidak perlu repot-repot menghitung NIM ini, karena bank sudah mencatumkannya di lap keu-nya. Semakin besar nilai NIM, maka semakin bagus bank tersebut, karena itu berarti pendapatannya terbilang besar dibanding asetnya.

Kalau dibandingkan dengan rasio fundamental pada emiten yang umumnya, NIM ini kira-kira sama (tapi tidak sama persis) dengan ROA (Return on Assets), alias rasio laba bersih terhadap aset.

3. Non Performing Loan

Non Performing Loan (NPL) adalah perbandingan antara kredit yang tidak dikembalikan lagi oleh si peminjamnya (kredit macet), atau dikembalikan tapi tersendat-sendat, dengan total kredit yang disalurkan oleh bank ke masyarakat. Contohnya seperti yang sudah dibahas diatas, sebuah bank menyalurkan kredit sebesar total 40 milyar. Dari jumlah tersebut, 1 milyar diantaranya ternyata macet. Berarti NPL bank tersebut adalah 1 / 40 = 0.025 = 2.5%.

Di bank, kalau berdasarkan tingkat kolektibilitasnya (kelancaran penagihannya), kredit yang disalurkan ke masyarakat digolongkan menjadi lima status, yaitu 1. lancar, 2. dalam perhatian khusus, 3. kurang lancar, 4. diragukan, dan 5. macet. Untuk status lancar, berarti kredit tersebut tidak bermasalah sama sekali, dan bisa ditagih dengan lancar. Untuk status dalam perhatian khusus, maka kredit tersebut mulai bermasalah. Dan untuk golongan yang terparah yaitu status macet, maka kredit tersebut sudah tidak bisa ditagih sama sekali, atau tidak dapat dipastikan kapan akan dikembalikan oleh peminjamnya.

Di lap keu bank, NPL ini ada dua macam, yaitu NPL gross dan NPL net. NPL gross adalah NPL yang membandingkan jumlah kredit berstatus kurang lancar, diragukan, dan macet yang disatukan, dengan total kredit yang disalurkan. Sedangkan NPL net hanya membandingkan kredit berstatus macet dengan total kredit yang disalurkan. Di laporan keuangan, dua-duanya ditampilkan. Bagi penulis, NPL gross lebih penting untuk diperhatikan daripada NPL net, karena NPL net hanya memperhitungkan kredit yang sudah berstatus macet. Sementara NPL gross ikut memperhitungkan kredit berstatus kurang lancar dan diragukan, yang dimasa depan bisa saja meningkat statusnya menjadi macet.

Semakin besar NPL gross ini, maka semakin jelek bank-nya, karena itu menunjukkan bahwa mereka tidak bisa menyeleksi calon peminjam dengan baik. Kredit macet di bank dicatat sebagai kerugian (karena duitnya kan hilang begitu saja).

Penutup

Okay, saya kira segitu aja. Sebenarnya masih banyak rasio-rasio perbankan lainnya yang juga penting. Tapi untuk menilai fundamental sebuah bank, tiga rasio diatas relatif sudah cukup untuk dijadikan pertimbangan. Jadi jika sekarang anda membaca berita kalau sebuah bank meraih penghargaan ‘The Best Bank in bla bla bla..’ atau ‘Platinum Bank Award bla bla bla..’, anda nggak usah keburu silau. Tinggal perhatikan saja tiga rasio diatas, dan juga kinerjanya, kemudian anda bisa menilai sendiri apakah bank tersebut bagus atau tidak.

Pada ebook analisis LQ45 untuk periode kuartal III 2010 yang akan penulis rilis nanti, penulis akan memasukkan angka-angka CAR, NPL, dan NIM sebagai bahan analisis pada analisis emiten-emiten bank yang disajikan. Tiga rasio ini akan ikut menentukan rating kinerja bank-bank tersebut. Saat ini terdapat enam bank yang masuk daftar LQ45, yaitu BCA, BNI, BRI, BTN, Bank Danamon, dan Bank Mandiri. 
 

Jumat, 05 Oktober 2012

Swing Trader

Dalam investasi saham seringkali kita menemui istilah Swing Trader. Apakah yang dimaksud dengan istilah ini dan bagaimana penerapannya dalam transaksi saham?

Swing mengandung arti suatu situasi dimana terjadi fluktuasi dari nilai saham yang berubah dalam jangka pendek. Strategi dalam memanfaatkan perubahan inilah yang di gunakan oleh swing trader.

Swing trader adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk kepada investor saham jangka pendek. Swing trading merupakan suatu gaya dalam bertransaksi saham yang berusaha untuk memperoleh gain/ keuntungan karena gerakan saham dalam satu sampai empat hari.
Tentu saja untuk mengikuti saham yang harganya bergerak dalam jangka pendek, investor dituntut untuk bergerak secara cepat. Pola ini umumnya digunakan oleh investor individual dan day trader. Investor institusi besar umumnya terlalu besar untuk keluar dan masuk secara cepat dalam saham. Jika ini dilakukan akan mempengaruhi volatilitas harga dan akan berhadapan dengan investor besar lainnya. 

Day trader sendiri adalah investor saham yang mengambil posisi perdagangan dalam waktu yang sangat singkat sehingga dapat melakukan transaksi berulang kali dalam sehari.

Swing trader umumnya menggunakan analisis tehnikal untuk memantau momentum pergerakan harga saham jangka pendek. Namun demikian, tak disangkal rumor, psikologi pasar dan gerakan investor besar turut menjadi pertimbangan penting.

Berikut ini 30 Aturan untuk Ahli Swing Trader dari Alan Farley:
Swing trading can be a great way to profit from market upswings and downswings, but as I’ve always said, it’s not easy. Mastering swing trading techniques takes considerable
time and effort. To help get you started, here are 30 rules to think about as you begin and ultimately master the swing trading game.

Rule 1: If you have to look, it isn’t there.
Forget your college degree and trust your instincts. The best trades jump out of nowhere
and create a sense of urgency. Take a deep breath, and then act quickly before the
opportunity disappears.

Rule 2: Trends depend on their time frame.
Make sure your trade fits the clock. Price movement aligns to specific time cycles.
Success depends on trading the right ones.

Rule 3: Price has memory.
What happened the last time a stock traded at a certain level? Chances are it will happen again. Watch the tape closely when price returns to a past battleground. The prior action can predict the future.

Rule 4: Profit and discomfort stand side by side.
Find the setup that scares you the most because that’s the one you need to trade. Don’t
expect it to feel good until you take your profit. If it did, everyone else would be trading
it. Ancient wisdom from the East: What at first brings pleasure in the end gives only pain,
but what at first causes pain ends up in great pleasure.

Rule 5: Stand apart from the crowd at all times.
Trade ahead, behind or contrary to the crowd. Be the first in and out of the profit door.
Your job is to take their money before they take yours. Be ready to pounce on ill-advised
decisions, poor judgment and bad timing. Your success depends on the misfortune of
others.

Rule 6: Buy the first pullback from a new high. Sell the first pullback from a
new low.
Trends often test the last support/resistance before taking off. Trade with the crowd that
missed the boat the first time around.

Rule 7: Buy at support. Sell at resistance.
Trend has only two choices upon reaching a barrier: continue forward or reverse. Get it
right and start counting your money.

Rule 8: Short rallies, not selloffs.
Short-sellers cover profitable trades into market declines, so that’s the worst time to enter
new positions. Wait until these sellers get squeezed and shaken out, then jump on board
while no one is watching.

Rule 9: Manage time as efficiently as price.
Time is money in the markets. Know your holding period for every trade and watch the
clock to become a market survivor.

Rule 10: Avoid the open.
They see you coming, sucker.

Rule 11: Trades that work in hot markets destroy accounts in cool ones.
Stocks trend only 15% to 20% of the time. Trading ranges cause grief to momentum
positions the rest of the time.

Rule 12: The best trades show major convergence.
Watch for the bull’s eye. Look for a single point in price and time that points repeatedly
to a trade entry. The market is trying to tell you something.

Rule 13: Don’t confuse execution with opportunity.
Save Donkey Kong for the weekend. Pretty colors and fast fingers don’t make successful
careers. Understanding price behavior and market mechanics does. Learn what a good
trade looks like before falling in love with fancy software.

Rule 14: Control risk before seeking reward.
Wear your market chastity belt at all times. Attention to profit is a sign of immaturity,
while attention to loss is a sign of experience. The markets have no intention of offering
money to those who do not earn it.

Rule 15: Big losses rarely come without warning.
You have no one to blame but yourself. The chart told you to leave, the news told you to
leave and your mother told you to leave. Learn to visualize trouble and head for safety
with only a few bars of information.

Rule 16: Bulls live above the 200-day moving average while bears live below it.
Are you flying with the birds or swimming with the fishes? The 200-day moving
average divides the investing world in two. Bulls and greed live above the 200-day,
while bears and fear live below. Sellers eat up rallies below this line while buyers
come to the rescue above it.

Rule 17: Enter in mild times, exit in wild times.
The big move hides just beyond the extremes of the trading range. Don’t count on the
agitated crowd for your entry signals. It’s usually too late to act by the time they enter
the market.

Rule 18: Perfect patterns carry the greatest risk for failure.
Demand warts and bruises on your trade setups. The prettiest patterns set up the most
painful losses. If it looks too good to be true, it probably is.

Rule 19: Trends rarely turn on a dime.
Reversals build slowly. Investors are as stubborn as mules and take a lot of pain before
they admit defeat.

Rule 20: See the exit door before the trade.
Assume the market will reverse the minute you get filled. You’re in big trouble when it’s
a long way to the exit door. Never toss a coin in the fountain and hope your dreams will
come true.

Rule 21: Don’t count your chickens.
Profits aren’t booked until the trade is closed out. The market gives and the market takes
away with great fury.

Rule 22: Don’t believe in a company or its fundamentals.
Trading is not investment. Remember the numbers and forget the press releases. Leave
the American dream to Peter Lynch.

Rule 23: Don’t have a paycheck mentality.
You don’t deserve anything for all of your hard work. The market only pays off when
you’re right, and your timing is really, really good.

Rule 24: Don’t try to get even.
Trading is never a game of catch-up. Every position must stand on its merits. Take your
loss with composure, and take the next trade with absolute discipline.

Rule 25: Don’t trade over your head.
If your last name isn’t Buffett or Cramer, don’t trade like them. Concentrate on playing
the game well, and don’t worry about making money.

Rule 26: Don’t seek the Holy Grail.
There is no secret trading formula, other than solid risk management. So stop looking
for it.

Rule 27: Don’t forget your discipline.
Learning the basics is easy. Most traders fail due to a lack of discipline, not a lack of
knowledge.

Rule 28: Don’t ignore your intuition.
Respect the little voice that tells you what to do, and what to avoid. That’s the voice of
the winner trying to get your undivided attention.

Rule 29: Don’t project your personal life.
Trading gives you the perfect opportunity to discover just how messed up your life really
is. Get your own house in order before playing the markets.

Rule 30: Don’t think it’s entertainment.
Successful trading will be boring most of the time, just like the real job you have right
now.

Di ringkas dari berbagai sumber yang terbuka.
Semoga Bermanfaat.
@Iwang_bk. April 2007 source